Rabu, 01 September 2010

BELUT DAN PELUANG EKSPOR

I. Asai Usul Belut


Belut adalah sekelompok ikan berbentuk mirip ular termasuk dalam suku Synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genera 1) dengan total 20 jenis. Jenis-jenisnya banyak yang belum diperikan dengan lengkap sehingga angka-angka itu dapat berubah. anggotanya bersifat pantropis (ditemukan di semua tropika).

Belut berbeda dengan sindat, yang sering dipertukarkan. Ikan ini boleh dikatakan tidak memiliki sirip, kecuali sirip ekor yang tereduksi, sementara sindat masih memiliki sirip yang jelas. Ciri khas belut yang lain adalah tidak bersisik (atau hanya sedikit), dapat bernafas dari udara, bukaan ingsang sempit, tidak memiliki kantung renang dan tulang rusuk. Belut praktis merupakan hewan air darat, sementara kebanyakan sidat hidup di laut meski ada pula yang di air tawar. Mata belut kebanyakan tidak berfungsi baik; jenis-jenis yang tinggal di gua malahan buta.

Ukuran tubuh bervariasi. Monopterus indicus hanya berukuran 8,5 cm, sementara belut marmer Synbranchus marmoratus diketahui dapat mencapai 1,5m. Belut sawah sendiri, yang biasa dijumpai di sawah dan dijual untuk dimakan, dapat mencapai panjang sekitar 1m (dalam bahasa Betawi disemut moa).
Sumber : wikipedia.org

II. Budidaya

Sampai dengan tahun 2010 masih terbuka lebar peluang bagi masyarakat untuk budidaya belut, baik berskala kecil maupun besar, baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk skala bisnis. Sebenarnya budidaya belut tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat yang memiliki lahan sempit pun dapat memelihara belut. Secara teknis budidaya dan pemeliharaan belut (monopterus albus) hanya memerlukan perhatian dalam memilih tempat/lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih, perkembangbiakan belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan serta hama.

a). Tempat/Lokasi Budidaya
Pemilihan lokasi bakal pembuatan kolam ditempat yang tidak secara langsung terkena sinar matahari, meskipun dapat disiasati dengan pemberian peneduh. Disamping itu luas lahan dengan memperhatikan kemiringan dan batas kolam. Kolam ini dapat diatas tanah atau galian tanah, hal ini tergantung pada luas lahan yang akan memudahkan pengamatan, pembangunan kontruksi kolam, seperti pintu air, saringan dan lain sebagainya.

b). Pembuatan Kolam
Lokasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam, baik kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan serta kolam pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersendiri. Pertama : kolam penampungan induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm. Kedua : kolam pemijahan berukuran 200cm x 400 cm x 80 cm. Ketiga : kolampembesaran 500 cm x 500 cm x 120 cm.

c). Media Pemeliharaan
Kolam budidaya belut menggunakan media pemeliharaan sebagai tempat hidup berupa tanah/lumpur sawah yang dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos (sekam/gabah padi yang dibusukkan), jerami padi, cincangan batang pisang, pupuk urea dan NPK dengan perbandingan kurang lebih sebagai berikut:

1. Lapisan paling bawah tanah/lumpur setinggi 20cm;
2. Lapisan pupuk kandang setinggi 5 cm;
3. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10cm;
4. Lapisan pupuk kompos setinggi 5 cm;
5. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm;
6. Lapisan jerami padi setinggi 15 cm, yang  diatasnya ditaburi secara merata pupuk urea 2,5 kg dan NPK 2,5 kg untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm. Perbandingan jumlah pupuk dan luas kolamini juga dipergunakan dalam ukuran kolam, baik lebih besar maupun kecil.
7. Lapisan tanah/lumpur setinggi 20 cm.
8. Lapisan air dengan kedalaman setinggi 15 cm, yang ditaburi secara merata batang pisang sampai menutupi permukaan kolam.
Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi dan siap untuk pemeliharaan belut selama kurang lebih dua minggu.

d). Pemilihan Benih
Media pemeliharaan yng sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan, menuntut pemilihan bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan keturunan yang normal.
Syarat benih belut : Pertama : anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas gigitan. Kedua, mampu bergerak lincah dan agresif. Ketiga : penampilan sehat yang ditujukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas tatkala dipegang. Keempat : tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. Kelima : usia berkisar antara 2-4 bulan.

Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai berikut:
- Ciri Induk Belut Jantan
1). Berukuran panjang lebih dari 40 cm;
2). Warna permukaan kulit galab atau abu-abu;
3). Bentuk kepala tumpul;
4). Usia diatas sepuluh tahun.

- Ciri Induk Belut Betina
1). Berukuran panjang antara 20-30 cm
2). Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda;
3). Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut;
4). Bentuk kepala runcing;
5). Usia dibawah sembilan bulan.

e). Perkembangan Belut
Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat dibudidayakan dengan perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi persyaratan. Belut secara alami memiliki masa kawin selama musim hujan (4-5 bulan), dimalam hari dengan suhu sekitar 28 C atau lebih. Musim kawin ini ditandai dengan berkeliarannya belut jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian dan dangkal yang akan menjadi lubang perkawinan. lubang berbentuk "U" dimana belut jantan akan membuat gelembung busa dipermukaan ait untuk menarik perhatian betina, namun belut jantan menunggu pasangannya dikolam yang tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitas lubang, dibawah busa dan setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan dilubang persembunyiannya yang dijaga belut jantan.

f). Penetasan
Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas pada hari ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari akan berangsur-angsur menjadi coklat. Belut jantan akan tetap menjaga sampai belut muda berusia dua minggu atau mereka meninggalkan sarang penetasan untuk mencari makanan sendiri.

g). Makanan dan Kebiasaan Makan
Belut secara alamiah memakan segala  jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air. Belut ini akan menyergap makanannya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini menyerupai terowongan berdiameter 5 cm.

h.) Hama Belut
Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun mereka sering kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesama belut dan predator lainnya, sehingga memerlukan air mengalir agar tetap sehat.

i). Panen & Pasca Panen
Setelah belut berkembang sesuai dengan yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata cara panen agar belut tidak luka dan tetap segar, baik untuk dipasar lokal maupun antar daerah dan ekspor. Belut untuk pasar lokal hanya memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4 bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran lebih besar dengan usia 6-7 bulan. Perlakuan pasca panenpun juga harus diperhatikan, baik dalam membersihkan dan memperbaiki kolam pemeliharaan serta dilakukan penggantian media yang baru, sehingga makanan belut tidak habis bahkan semakin banyak. Sumber : http:/www.bisnisukm.com

III. Peluang Ekspor
Pangsa ekspor belut Indonesia masih sanga terbuka lebar. Sampai dengan saat ini, pangsa pasar ekspor belut Indonesia adalah Jepang, Hongkong, China, Malaisya, Taiwan, Korea dan Singapura. Permintaan Jepang atas Sidat dari Indonesia mencapai 100 ribu ton per tahun. namun demikian, kita belum bidsa memenuhi permintaan tersebut, dikarenakan kemampuan Indonesia sampai saat ini hanya berkisar seperempatnya aja. Belum lagi negara tujuan lainnya.

Berikut negara tujuan lainnya dan kebutuhan belut per ton/minggu:
1). Jepang : 1000 ton/minggu
2). Hongkong : 250 ton/minggu
3). China : 300 ton/minggu
4). Malaysia : 80 ton/minggu
5). Taiwan : 20 ton/minggu
6). Korea : 10 ton/minggu
7). Singapura : 5 ton/minggu

Dikarena peluang ekspor Indonesia untuk masih sangat terbuka luas, diharapkan peran pemerintah serta dukungan kepada pengusaha baik yang berskala kecil maupun besar untuk meningkatkan baik kuantitas maupun kwalitas belut Indonesia. Sumber : http://www.tempointeraktif.com Senin, 22 Maret 2010
.
Genera 1) : Dalam bilogi, genus (jamak genera) atau marga adalah salah satu bentuk pengelompokan dalam klasifikasi makhluk hidup.
Crustacea 2) : Adalah suatu kelompok besar dari subfilum. Kelompok ini mencakup hewan-hewan yang cukup dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip.
Sumber Foto : http://mablu.wordpress.com/2007/




Tidak ada komentar:

Posting Komentar